Me and Friends

Me and Friends
FOSMAN (Forum Scientist Muda Nasional)

Minggu, 30 November 2014

Rumahku, Rumahmu juga

Widya Castrena Dharma Siddha, itulah semboyan dari Resimen Mahasiswa (MENWA). Semboyan ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Penyempurnaan pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan”. Ada hal yang berbeda setalah saya bergabung dengan Menwa. Jadi kekeluargaan disini sangat tinggi. Hubungan dengan alumni dan satuan Menwa lainnya.
Pengalamanku saat di Universitas Indonesia dalam rangka Konferensi Ilmuan Muda Indonesia (KIMI) selama 1 minggu (senin-sabtu) pada September 2013, saya mengunjungi Markas Menwa Wira Makara. Wah, saya langsung disambut hangat oleh anak-anak Menwa disana. Saat bermain di markas Menwa UI, rasanya seperti Studi Banding. Jadi, saya aktif di dua Organisasi nih KSI MIST (Organisasi Penelitian) dan Menwa. Berbincang-bincang, membicarakan kegiatan yang dilakukan masing-masing satuan. Waktu itu, saya ditemani oleh Bu Ria (wakil komandan Menwa UI). Ohya, saya tidak sendiri lho, saya ditemani oleh adik kecilku di Menwa namanya Kinta. Kadang-kadang, kangen sama itu anak. Merasa bersalah juga kalau sering saya tinggal-tinggal. “maafkan ibu ya naaak....”
“Rumahku, Rumahmu juga” inilah Menwa. Satu Markas satuan adalah Markas bersama Menwa Indonesia. Dua hari yang lalu, saya menuju Bank guna membayarkan administrasi dalam acara Young Enterpreneur Training (YET 2015) Januari mendatang. Di tengah-tengah perjalanan hujan turun dengan derasnya, sebelnya tidak membawa jas hujan. Saya bersama temanku, Rita berteduh di depan Institut Pertanian Yogyakarta (Instiper). Kebetulan, pada waktu itu berdekatan dengan Markas Menwa Instiper. Selang beberapa menit, anak Menwa yang pada saat itu piket memanggil kami untuk berteduh di Markasnya. Saya dan temanku dengan senang hati untuk berteduh di Markasnya. Terjadi perbincangan dan perkenalan diantara kita...
“Pak, piket sendirian?”Tanyaku
“Ow..tidak. Nanti teman saya datang.”jawabnya
“Bapak Yudha berapa?”tanyaku
Ia tersenyum dan balik tanya padaku “Ibu Menwa juga?”
“Ya, saya Menwa.”Jawabku sambil tersenyum
Setelah itu bertanya kembali dengan wajah keingintahuan “Menwa mana bu? UPN?”
“Bukan, Menwa UNY.”jawabku dengan santai
“Kalau saya Yudha XXXVII.”Menjawab pertanyaan awalku
“Owh, kalau saya Yudha XXXV.”Kataku memberi tahu
Setelah kami berkenalan antar Menwa, lanjut perkenalan nama. Jadi, ia bernama Heri asal Flores. Setelah kami berkenalan nama, ia berkata “Kenapa tadi ibu tidak langsung masuk kesini (Markas)? Inikan rumah ibu juga.”
Ya, begitulah. Dulu, waktu saya menjadi Finalis di UI dan mengunjungi markas Menwa UI baru terpikirkan mengenai hal ini. Padahal, kalau saya mau menginap di Markas Menwa UI pasti diperbolehkan. Kalau saja saya langsung menghubungi teman-teman Menwa UI saya bisa hemat biaya penginapan, haha. Tapi jujur ya, niat utama bukan untuk menghemat, tapi menjalin silaturahim antar satuan. Senang banget rasanya. Sambil menyelam minum air. Menjadi Finalis dalam Event lomba menulis (essay, LKTI, artikel, dll) dan silaturahim ke Menwa Indonesia.

Ini sebagian dokumentasi pada saat aku berkunjung ke Menwa Universitas Indonesia, Jakarta.
Ruang Tamu Menwa Wira Makara, UI. Bersama Wadan Ria.

Foto bersama Menwa Wira Makara setelah penurunan Bendera. Jadi, saya dan Kinta ikut serta dalam penurunan Bendera.

Foto bersama di depan tulisan Markas Komando (MAKO) Menwa Wira Makara.

Kamis, 27 November 2014

Tim Amazing Agriculture

(Personil Amazing Agriculture)

Bismillah, sebentar lagi ke Makassar. Aamiin... semoga Lancar Yaa Allaah. Hmm, sebenarnya masih lama sih, masih Januari 2015. Tidak menyangka, essay yang aku buat bisa lolos. Ini lah keberuntungan dan do’a dari orang tua. Alhamdulillah, Allaah memberi kesempatan ini pada ku dan ketiga temanku Rita Suryani, Ratna Widyasari, dan Mariana Ramelan.

Pada saat pendaftaran online aku  pun bingung mau memberi nama apa. Langsung saja Amazing Agriculture, karena aku sangat menyukai Pertanian. Mimpi besarku, ingin mendirikan Pertanian Dahsyat yang nantinya akan mencetak kader-kader pendamping petani. Semoga Allaah Ridho, aamiin Yaa Allaah....


Emosi

Ingin ku habiskan malam ini dengan menulis. Ingin kuluapkan seluruh emosi yang ada. Marah, dendam, semuanya. Saat ini aku membenci sesuatu. Saat ini aku menyaksikan apa yang tidak aku suka. Semuanya aku limpahkan dengan ketikan.
Mendengarkan lagu tentang mimpi. Mimpi. Mimpi. Aku ingin berteriak dan aku tidak akan berhenti disini. Sebentar lagi aku akan ke Makassar. Selang beberapa bulan, aku akan ke Australia menemui temanku Morgan. Yaaah, aku ingin menemui dia kesana. Awal ku menemui pada saat di Singapura tepatnya di Merlion. Ya ya ya... Morgan, semoga dia tak lupa denganku.....


Guncangan Jiwa

Menulis, teruslah menulis. Kalau tak bisa menulis dan tak ingin menulis, paksakan untuk menulis. Menulis itu nikmat kok. Menulis itu bisa meluapkan segala emosi yang ada di pikiran kita. Tetap tersenyum. Tersenyumlah.
Cintailah orang-orang yang ada disekitarmu. Luapkanlah segala emosi yang ada. Raih semua mimpimu. Saya yakin, semua orang mempunyai keinginan, apapun itu. Segalanya yang baik, pasti hasilnya akan baik.
Disini aku tersenyum. Menyaksikan apa yang ada dihadapanku. Yaah, dihadapanku. Anak-anak KSI-MIST, tak sabar inginku bertemu dengan kalian. Tak sabar aku ingin melihat wajah cerah kalian. Kalian-kalian semua, anak-anakku yang sangat aku sayangi. Aku sayang kalian. Aku rindu kalian. Aku mencintai kalian.

Kejarlah cita-citamu. Kejarlah semua mimpimu...

Senin, 17 November 2014

Pendampingan Petani di Daerah Nomporejo, Galur, Kulon Progo

Desa Nomporejo merupakan desa yang sangat berpotensi untuk pertanian jika dilihat dari penggunaan lahannya yang sebagian besar digunakan untuk lahan persawahan. Hambatan yang kerap dialami dalam bercocok tanam adalah serangan hama tanaman seperti wereng dan keong. Sehingga petani melakukan penyemprotan dengan pestisida yang berdampak pada menurunnya kualitas tanah. Sampai saat ini, upaya perbaikan hanya terfokus pada usaha fisik (pencangkulan dan pembajakan) dan kimia (penampahan pupuk dan pestisida). Dengan kata lain, tidak banyak petani yang berupaya untuk memperbaiki kesuburan lahannya secara biologis. Salah satu upaya dari tindak biologis tersebut dapat ditempuh dengan menambahkan mikroba bermanfaat. Dalam kesempatan ini, Mahasiswa FMIPA dan FIP dari Universitas Negeri Yogyakarta mendapat dukungan dari dikti untuk mengadakan program perbaikan tanah dengan konsep Healthy Field, Increase My Rice.
Healthy Field, Increase My Rice  (HFIMR) merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-M) yang diusulkan oleh Nurul Hidayah, Mohamad Fajar Hariadi, Ratna Widyasari (Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA), Fatma Pratiwi, dan Reza Rivano (Jurusan PGSD FIP) dengan dosen pembimbing Evy Yulianti, M.Sc. Program ini berupa pendampingan kelompok binatani yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petani mengenai pengelolaan lahan melalui mikroba di desa Nomporejo, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
Program HFIMR, juga menjalin kerjasama dengan BP3K kecamatan Galur, masyarakat daerah pelaksanaan, dan CV Sentra Chiptani Makmur. Adapun alur pelaksanaan program HFIMR yaitu 1) Seminar Program Healthy Field Increase My Rice; 2) Cek pH; 3) Penambahan C-Organik; 4) Penambahan Mikroba Bermanfaat; 5) Penge-cekan perakaran dan pertumbuhan tanaman padi dan pendampingan mengatasi penyakit serta hama pada tanaman; dan 6) Pendampingan Masa Panen.
Program pendampingan petani ini, telah berjalan hingga tahap masa panen. Nurul sebagai ketua pelaksana program menuturkan “Program ini bertujuan untuk mengkondisikan sawah menjadi sehat dalam arti mempunyai keseimbangan antara fisik, kimia, dan biologis, sehingga kesempatan untuk produktivitas dapat meningkat”.
Program yang dilaksanakan sejak Januari 2014 ini berjalan dengan lancar dari seminar program hingga masa panen pada 17 Mei 2014. Terdapat perbedaan hasil panen dari masing-masing petani. Pada sawah milik petani yang diberi pendampingan dan juga aplikasi mikroba menghasilkan gabah 4 ons lebih banyak dibandingkan dengan sawah yang tidak diberi aplikasi mikroba, yaitu 7,5 kg per ubin (2,5m x 2,5m).”
Sebagai koordinator lapangan, Reza menambahkan “dengan adanya program pendampingan ini, diharapkan petani dapat lebih bijak dalam pengelolaan lahan, sehingga produktivitas meningkat tanpa merusak kualitas tanah.” Untuk keberlanjutan program  Healthy Field Increase My Rice, telah dibentuk suatu kepengurusan yang terdiri dari petani di kelompok Binatani VI, Nomporejo, Galur, Kulon Progo.


Sabtu, 11 Oktober 2014

Ungkapan Jujur dari Seorang Mahasiswa UNY Prodi Pendidikan Biologi

Foto 1 - Pak Ratno

Teringat saat kunjungan ke kelompok Tani di Desa Dlingo, Bantul pada rangkaian acara Baksos FOSMAN (Forum Scientist Muda Nasional) 11 Oktober 2014. Entah sadar atau tidak saya sempat keceplosan. Lupa telah berkata apa. Kata teman yang duduk di sampingku saya telah berteriak. Intinya bapak kelompok Tani berkata bahwa anak muda zaman sekarang tidak suka bertani, lalu saya mengatakan saya suka dengan pertanian. Ya, intinya seperti itu.

Lalu bagaimana untuk menumbuhkan minat pemuda dalam menggeluti dunia pertanian?

Ini adalah ungkapan jujur dari seorang mahasiswa UNY prodi Pendidikan Biologi ANGKATAN 2011. (agak sensi dengan kata angkatan :D)

Dulu, saya sangat tidak menyukai pertanian namun menyukai suasana persawahan. Anggapanku bahwa pertanian itu tidaklah penting. Menjadi petani apalagi. Hasil untung-untungan (kadang untung kadang rugi) dan bekerja di bawah terik matahari. Pemikiranku bahwa lebih baik jadi PNS, karena pendapatannya jelas. Pernah mengatakan hal ini pada seorang kawan yang mempunyai cita-cita menjadi petani “jadi petani tu ada kemungkinan untuk gagal panen, lebih baik jadi PNS saja. jelas gaji-nya”. Ia menjawab “Kalau tidak ada petani, orang-orang kelaparan”. Setelah ia menjawab demikian, saya diam saja. karena memang benar adanya. Kita tidak akan makan, jika tidak ada petani. Namun, karena belum sadar akan hal itu, emm tetap saja cuek.

Sampai saya bertemu dengan Ir. Ratno Soetjiptadie, Ph.D atau biasa disapa dengan Pak Ratno tepat pada tanggal 12 Agustus 2013. Beliau adalah Direktur Pengembangan FAO (Food and Agriculture Organization). Beliau menyadarkan kepada saya, bahwa pertanian itu sangatlah penting. Permasalahan pertanian di Indonesia sangatlah kompleks. dari pertemuan ini lah saya berubah dari orang yang cuek dengan pertanian menjadi orang yang ingin mendalami pertanian.

Pada dasarnya, permasalahan muncul berawal dari tanah. Kalau tanaman bermasalah, pasti tanahnya juga bermasalah. Kesalahan mendasar yang sering dilakukan oleh para petani juga mengundang permasalahan pada tanaman. Pembuatan pupuk kandang (kotoran hewan terkadang bercampur dengan urine sapi), pemilihan pupuk (NPK harus seimbang), cara pemupukan, pemilihan  bibit, cara penanaman, jarak tanam, huaaaaahhhh masih buanyak lagi. Itu hanya hal-hal kecil yang banyak dari kalangan petani belum mengetahuinya. Yaaa, hal-hal kecil yang sangat mendasar dan sangat menentukan pada produktivitas dan tentunya keadaan tanahnya. Apakah hanya karena hal-hal kecil itu petani harus gagal panen dan rugi? Setelah rugi, apakah petani harus menjual lahannya? Setelah menjual lahannya, petani mendapatkan pekerjaan lain dengan gaji yang pasti dan tentu meningkatkan kesejahteraannya? Terus siapa yang jadi petani? Terus siapa yang menanam padi? Terus rakyat Indonesia mau makan apa? harus import dari negara lain? Malu lah, Indonesia kan negara Agraris !!!

Singkat cerita saja. sebenarnya kalau dijabarkan terlalu panjang dan akan menghabiskan berlembar-lembar halaman. Hahaha....

Sampai saat ini, saya masih berpedoman dari satu konsep yaitu pada Surat Al-A’raaf ayat 58 yang artinya “dan dari tanah yang subur dihasilkan tetanaman yang produktif dengan izin Allah, dan dari tanah yang tidak subur tidak dihasilkan kecuali dengan payah”. So, bagus tidaknya tanaman, semua berasal dari faktor tanah.

@HFIMR
Salam Pertanian Dahsayat Indonesia!!!

Rabu, 01 Oktober 2014

Seminar Kewirausahaan (KKN 162 - UNY 2014)

Plesedan merupakan pedukuhan yang termasuk dalam kawasan Desa Srimulyo, kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY yang letaknya berbatasan langsung dengan kabupaten Gunung Kidul. Pedukuhan ini dianugerahi kawasan dataran tinggi dan tebing yang indah dengan udara yang sejuk. Salah satu ikon yang termasyhur dari dukuh ini adalah bukit Hargodumilah, yang biasa dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan bukit bintang.
Banyak dari masyarakat yang berkunjung di tempat ini dengan tujuan menikmati indahnya kelap-kelip cahaya lampu dari kota Yogyakarta laksana bintang yang menghiasi langit malam. Dengan banyaknya masyarakat yang berkunjung, maka peluang berwirausaha pun terbuka lebar bagi masyarakat sekitarnya.
Melihat potensi dari daerah tersebut, pada hari Minggu (10/08/2014) kelompok KKN-162 UNY mengadakan Seminar Kewirausahaan. Tujuan dari seminar ini yaitu untuk meningkatkan minat berwirausaha serta mengembangkan usaha bagi masyarakat pedukuhan Plesedan, Srimulyo, Piyungan, Bantul D.I Yogyakarta sehingga masyarakat termotivasinya dalam kegiatan wirausaha. Pelaksanaan seminar kewirausahaan bertempat di kediaman Bapak Dukuh Plesedan, Srimulyo, Piyungan, Bantul.
Seminar Kewirausahaan dibersamai oleh seorang wirausahaan yang telah berpengalaman yaitu Himmatul Hasanah S.Pt. M.P. Dosen Fakultas MIPA UNY ini, juga sebagai Pemilik CV Hisam Production Bidang Garmen, Pemilik PT Nusa Maxindo Jaya (Bidang General Trading), Pemilik PT Nasional Tinta Mas (General Trading), Pemilik PT Mina Adiluhung (Tour And Travel), Ketua Yayasan Pendidikan Adiluhung Nusantara, dan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Babul Hasanah.
Kegiatan ini dihadiri oleh 21 peserta. Selain memberikan materi dan bercerita pengalaman, Ibu Himma juga memberikan motivasi kepada warga Plesedan, untuk memiliki jiwa enterpreneur. Warga masyarakat Dukuh Plesedan yang hadir sangat antusias mengikuti seminar kewirausahaan dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan.
Membangun Kemandirian Bangsa dengan Berwirausaha merupakan tema dalam seminar yang dibawakan oleh Bu Himma. Hal yang pertama disampaikan dalam memberikan motivasi untuk berwirausaha adalah QS. Al-Ra’du ayat 11 yang artinya “sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Jadi, untuk menjadi bangsa yang mandiri harus merubah pola hidup dalam arti tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain dengan hanya menjadi seorang pegawai. Faktanya, banyak sekali lulusan sarjana yang menganggur dikarenakan tidak mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, merubah pola hidup sangatlah penting. Merubah pola hidup berarti siap untuk menghadapi hidup untuk lebih mandiri. Mandiri yaitu dengan menjadi wirausahaan ataudengan tidak menggantungkan diri terhadap orang lain atau berharap menjadi pegawai.
Ada beberapa alasan yang melandasi mengapa harus berwirausaha. Pertama, agar mampu menatap masa depan yang lebih baik. Orang yang berwirausaha dapat menatap masa depan lebih maju dibandingkan dengan yang tidak berwirausaha. Jika seorang pegawai hanya mengarapkan gaji dari seorang bos atau pimpinan, wirausahaan sebaliknya. Wirausahaan berpikir lebih maju untuk berinovasi dan berkretivitas. Hal ini guna memajukan usahanya agar dapat bersaing dengan wirausahaan lainnya. Alasan kedua, berwirausaha diharapkan seseorang mampu mandiri, membuka lapangan kerja bagi orang lain. Selain bisa mendiri, wirausahaan juga bisa membantu orang lain dengan cara membuka lapangan pekerjaan. Sehingga kelebihan menjadi wirausahaan antaralain mensejahterakan kehidupan orang lain. Seperti kata pepatah “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah yang berarti bahwa memberi lebih baik daripada menerima. Dalam berwirausaha, juga dikenal menjadi Bos bagi usahanya atau lebih baik membayar gaji dari pada menjadi orang gajian. Pada dasarnya, fitrah manusia adalah memberi, sehingga batin manusia itu lebih senang jika memberi daripada menerima. Oleh karena itu, berwirausaha akan memberikan kebahagiaan lahir dan batin.
Dalam memberikan materi kewirausahaan, dosen kewirausahaan jurusan pendidikan biologi ini, memberikan motivasi kepada warga begitu juga dalam kuliahnya selalu memberikan motivasi kewirausahaan pada mahasiswa. Hasil survey sebelum mahasiswa diberi motivasi kewirausahaan yaitu 75% berminat menjadi pegawai, 18% berminat menjadi karyawan sambil berwirausaha, dan 4% berminat menjadi pengusaha. Setelah diberikan materi kewirausahaan hasil survey berubah yaitu 14% berminat menjadi pegawai, 78% berminat menajdi pegawai sambil berwirausaha, dan 8% berminat menjadi pegawai. Motivasi yang diberikan oleh Bu Himma yaitu berupa pengalaman-pengalaman yang telah dilalui selama menjadi wirausahaan. Dari masa jatuhnya hingga masa kebangkitannya.
Menjadi wirausahaan, tidak sekedar berbisnis. Namun, juga harus memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh wirausaha. Wirausaha harus memiliki visi dan misi yang jelas. Visi merupakan tujuan akhir yang akan ditempuh. Jadi, wirausaha harus mempunyai target “mau kemana saya akan melangkah?”. Dari visi yang jelas, wirausaha menempuh target tersebut dengan misi. Untuk menempuh target ada langkah-langkah yang harus dilalui. Sehingga dengan visi yang jelas, maka misi pun akan tersusun dengan baik.
Ciri kedua yang harus dimiliki oleh wirausahaan yaitu inisiatif, kreatif, dan proaktif. Inisiatif maksudnya memulai atau yang berawal dari diri sendiri. Jadi tidak harus menunggu orang lain yang memulai dengan kata lain tidak ikut-ikutan. Kreatif maksudnya berani mengekspresikan diri lain dari yang lain. Memunculkan hal yang baru. Sehingga peluang untuk bisa menarik perhatian orang terbuka lebar atau besar. Proaktif maksudnya harus aktif. Jadi, seorang wirausaha tidak boleh malas. Sedangkan pekerjaan wirausaha tidak sedikit. Wirausaha harus mencari relasi, publikasi produk, analisis usaha, mengawasi pegawai, dan lain-lain yang tentunya tidak bisa dilakukan dengan hanya bersantai-santai. Sifat kepemimpinan dan manajemen diri harus melekat pada wirausahaan.
Ciri ketiga yaitu berani mengambil risiko. Dalam berbisnis, pasti ada ancaman berupa kerugian. Hal inilah yang paling ditakutkan oleh kebanyakan orang. Terutama untuk para pegawai, kemungkinan besar tidak minatnya untuk menjadi wirausaha yaitu tidak berani mengambil risiko berupa kerugian.
Ciri ke empat yaitu kerja keras dan bertanggung jawab. Wirausahaan haruslah bekerja keras. Seperti yang telah dikatakan pada paragraf sebelumnya bahwa wirausaha harus proaktif. Bertanggung jawab maksudnya mengelola seluruh aset yang dimilikinya berupa produk maupun pegawai.
Ciri kelima yaitu memiliki komitmen yang kuat. Menjadi wirausaha tidak boleh plin-plan dalam arti mudah goyah atau ragu dalam melangkah. Tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu usaha juga menyebabkan bangkrutnya suatu usaha. Sehingga wirausaha harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan pekerjaannya.
Selain ciri yang dimiliki oleh wirausahaan, sifat-sifat wirausaha juga harus dimiliki. Sifat pertama yang harus dimiliki yaitu berani mencoba. Telah dikatakan sebelumnya bahwa kebanyakan orang yang tidak mau menjadi pengusaha yaitu karena takut akan kerugian. Pikiran macam itulah yang membuat banyak dari kalangan masyarakat yang hanya berminat menjadi seorang pegawai. Memang, ancaman menjadi pengusaha sangatlah banyak, antara lain takut kalau hasil karya tidak diminati oleh masyarakat luas, jika meminjam modal takut tidak bisa mengembalikan modal, dan akhirnya menemui yang namanya kerugian. Menjadi pengussaha, pasti akan menemui masa-masa kritis. Oleh karena itu, sifat kedua yang harus dimiliki yaitu gigih dan tidak mudah putus asa. Menjadi pengusaha harus senantiasa untuk berjuang. Karena, banyak ancaman-ancaman dari luar yang datang menghadang. Ketika terjatuh, sebisa mungkin harus bangkit kembali. Jika putus asa, maka impian atau visi dan misi tidak akan pernah terwujud.
Sifat ketiga dari pengusaha yaitu ramah dan murah senyum. Bagaimana jika pengusaha tidak ramah dan tidak murah senyum? Pelanggan tentu pergi, dan mencari penjual lain. Dengan sikap ramah dan murah senyum, akan menarik banyak pelanggan. Sifat keempat yaitu rajin dan tepat waktu. Sifat ini juga akan menentukan banyaknya pelanggan yang akan datang. Menjadi pengusaha tidak bisa bersantai-santai, karena akan ada banyak sekali tugas dan permasalahan-permasalan. Tepat waktu juga haus menjadi kepribadian dari seorang pengusaha. Misalnya pada suatu usaha konveksi ada pemesan yang sangat banyak. Jika, jadinya tidak tepat waktu maka hal ini akan mengurangi kepercayaan dari pelanggan. Sifat yang kelima adalah jujur dan bertanggung jawab. Sifat yang tidak jujur maka tidak akan dipercaya oleh masyarakat luas. Sikap bertanggung jawab juga akan menentukan jalannya usaha. Tanggung jawab terhadap produk, gaji pegawai, dan kepuasan dari pelanggan atau pembeli.
Untuk berwirausaha, tentu tidak instan dengan kata lain terdapat tahapan-tahapan yang akan ditempuh. Tahap pertama mengenali peluang usaha. Maksudnya adalah menjadi pengusaha haruslah peka terhadap sekitar. Mengenali kebutuhan terkini dari masyarakat luas. Sehingga pada saat berwirausaha kemungkinan mendapatkan untung adalah besar. Tahap selanjutnya adalah menggali ide kreatif. Maksudnya adalah berbeda dari yang lainnya. Kreatif bisa dengan suatu hal baru dengan produk yang belum pernah ada atau bisa dengan hal yang sudah ada namun diberi inovasi. Saat ini, banyak sekali pedagang-pedagang yang berinovasi, sebagai contoh bakso biasanya hanya dengan kuah atau saus saja namun saat ini muncul inovasi bakso dengan dijadikan sate lalu dibakar. Hal ini membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Tahap selanjutnya yaitu optimalisasi potensi diri. Setiap manusia pasti memiliki potensi yang berbeda-beda, kelebihan yang berbeda-beda pula. Supaya dalam karirnya bisa maksimal, maka haruslah potensi yang dimiliki dimaksimalkan dengan kata lain jangan tanggung-tanggung. Itulah mengapa jati diri perlu ditemukan. Apasih yang membuat beda dengan yang lain, apasih yang membuat diri bisa lebih dari yang lain. Untuk itu, potensi diri perlu dioptimalkan dalam berwirausaha agar dapat bersaing dengan wirausahawan-wirausahawan lainnya. Setelah mengoptimalkan potensi adalah fokus dalam bidang usaha. Sama seperti yang lainnya, setelah menemukan jati diri lanjutkan untuk mengembangkan jati dirinya. Dalam berwirausaha, setiap orang pasti memiliki bidang keahlian masing-masing. Berwirausaha harus fokus, supaya dapat berjalan secara maksimal. Itulah mengapa dalam suatu perusahaan pasti dibentuk beberapa divisi. Setiap divisi selalu ada direktur utamanya. Masing-masing direktur memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dari tugas tersebut tentu sudah ada kadarnya dan pasti sesuai dengan kemampuan dan bidang dari masing-masing pimpinan. Tahap yang terakhir adalah berani memulai. Seorang pengusaha harus berani memulai usahanya. Jika ragu dalam melangkah, maka usaha bisnis yang dijalankan tidak akan berjalan secara maksimal. Pengusaha juga bisa dikatakan orang yang nekat. Keberanian untuk memulai inilah yang paling berat dalam menempuh karir wirausaha.
Setelah pengusaha memulai untuk merintis karir, haruslah mengetahui cara memasarkan produk. cara pertama yaitu membuat produk yang berkualitas dan memiliki daya saing. Telah dikatakan sebelumnya bahwa menjadi pengusaha harus kreatif. Dari sikap kreatif ini, outputnya adalah berupa produk yang berkualitas dan memiliki daya saing. Efeknya, banyaknya konsumen yang berdatangan untuk membeli produk tersebut. Cara kedua adalah membuka jaringan pemasaran. Menjadi pengusaha tidak boleh bermalas-malasan atau terlalu santai. Karena, untuk mendapatkan pelanggan yang banyak pengusaha juga harus berjuang untuk memperluas jaringan dengan menambah kenalan atau publikasi mengenai produknya. Cara ketiga yaitu melakukan lobi dan negosiasi. Lobi dan negosiasi sangat diperlukan dalam berbisnis. Hal ini dilakukan guna mendapatkan pelanggan yang banyak. Cara keempat adalah menciptakan penawaran yang menarik dan bisa dipercaya. Oleh karena itu, pengusaha harus belajar retorika yang baik dan benar. Hal ini guna menarik perhatian para pembeli atau konsumen. Dengan cara berbicara yang baik dan menarik perhatian pelanggan, maka pelanggan akan percaya bahwa produk memiliki kualitas yang bagus. Aplikasi dalam pelaksanaan yaitu pada suatu perusahaan selalu terdapat marketing atau orang khusus untuk publikasi produk atau sebelum memperkerjakan pegawai diberikan training marketing guna melihat retorikanya. Pembuatan poster yang menarik juga akan mempengaruhi calon pelanggan. Cara kelima adalah melakukan strategi pemasaran yang meliputi strategi produk, harga, tempat, dan distribusi serta strategi promosi. Sebelum melakukan pemasaran harus melakukan survey terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya pengusaha mengetahui kondisi tempat produk yang akan dipaarkan. Dengan begitu, produk akan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain.
Dari banyak hal yang telah disampaikan di atas, dapat dikatakan bahwa berwirausaha memerlukan kesiapan. Jika, pihak bussinesman siap untuk melakukan suatu usaha maka risiko kegagalannya rendah. Adapun faktor-faktor kegagalan dalam berwirausaha antara lain kurang siapnya manajemen atau sistem suatu usaha. Menjadi pemimpin atau boss, harus menjadi manajer yang baik. Bisa memanajemen diri dan mengelola peusahaannya. Sistem yang diterapkan pun harus tertata dengan rapi. Setelah manajemen penerapannya yang diterapkan, komunikasi juga harus dijaga. Komunikasi dengan seluruh anggota perusahaan atau tiap-tiap divisi. Begitu juga dengan relasi atau badan yang terikat kerjasama. Jika terjadi miss komunikasi sedikit saja, bisa berakibat fatal pada suatu perusahaan. Sehingga relasi sangatlah penting dalam memasarkan suatu produk. selain relasi yang banyak, melihat peluang juga sangat diperlukan. Jangan sampai disekitar perusahaan terdapat pesaing yang kuat. Adanya pesaing yang kuat, dapat mengakibatkan kegagalan pada usaha. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pimpinan harus mengetahui kekuatan dari produk yang dimiliki. Faktor selanjutnya adalah hal yang tidak direncanakan oleh manusia yaitu adanya faktor eksternal seperti bencana alam dan kebakaran. Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, maka pimpinan harus siap siaga jika sewaktu-waktu hal itu terjadi.
Dalam kehidupan ini, akan selalu datang cobaan pada setiap makhluk Tuhan. Sehingga manusia sebagai makhluk-Nya wajib berusaha untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Di zaman yang serba sulit, masyarakat dituntut kepekaannya. Peka terhadap lingkungan sekitar dan memikirkan masa depan. Tidak bisa selalu mengandalkan lowongan pekerjaan. Diberi kelebihan dalam berpikir, manusia dituntut untuk kreatif. Tantangan pasti datang, tidak bisa dipungkiri. Mau tidak mau, harus dilewati. Sehingga bagaimana caranya mengubah tantangan menjadi peluang sehingga bisa menjadi pemenang. Man Jadda Wajada, barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.

(Artikel / Seminar Kewirausahaan / Dusun Plesedan / Srimulyo / Piyungan/ Bantul)
@NurulMustafaa

Kamis, 11 September 2014

Tulisan #1

Tak pernah, ini kubayangkan akan terjadi dihidup ini...
Namun kini jelas ada dan terbukti kuberubah....

Itulah sepenggal lirik lagu Delon yang berjudul Bahagiaku. Entah mengapa, lagu ini menyentuh untuk diriku sendiri. Lagu tersebut memang teramat sangat sederhana, akan tetapi maknanya begitu mendalam. Mungkin aku belum berada di puncak kesuksesan, tapi disini aku dapat menunjukkan bahwa aku bisa. Yaaaah..bisa bisa bisa. Ingin sekali kembali ke masa SMP. Masa-masa pada saat aku mimpi buruk berkepanjangan. Aku pun tidak tahu, apa salahku? Sehingga sulit sekali mencari teman. Terisolir? Sungguh, aku merasa sangat terisolir. Temanku hanya satu pada saat itu, Karlina namanya. Selain itu, dari kelas lain.
Aku sering merasa dianggap tidak mempunyai potensi apapun. Sehingga, yaaaah apasih gunanya aku disini? Mimpiku hanya sepele. Sedari SD, aku ingin sekali menjadi dirigen saat upacara. Tetapi, hingga lulus, tugas tersebut belum pernah kudapatkan. Yaah, mungkin temanku pada kurang berani untuk membacakan Pembukaan UUD 1945. Karena, tugas inilah yang paling ekstrim. Hemm..tidak bisa dijelaskan seperti apa bentuk ekstrimnya. Di SMP, saat mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara, aku selalu berada di barisan paduan suara, yang berarti tidak kebagian tugas dengan kata lain tidak diberi kepercayaan. Selalu saja protes dalam hati. Yaah, aku dulu pendiam dan parahnya lagi aku penakut. Aku selalu mengalah dan kalah. Mungkin di kelasku ada orang yang cenderung lebih berkuasa atau ingin berkuasa. Jalan yang kutempuh hanyalah diam dan berdoa. Saat latihan jadi petugas upacara, aku selalu merasa gatal melihat temanku yang (ditunjuk) menjadi dirigen. Aku tahu, caranya memimpin lagu hitungannya salah, tangannya pun tidak sesuai dengan ketukannya. Sekali lagi, aku hanya bisa berkata dalam hati “ini, aku bisa”.
Di SMA, merasa berbeda. Yaaah, hampir semua guru dan karyawan mengenalku dan hampir semua event aku diikutkan terutama mengenai karya ilmiah. Disini, aku bukanlah seorang aktivis. Aku pun merasa anti dengan yang namanya OSIS, Rohis, apalagi Pramuka. Ekstrakurikuler yang aku ikuti adalah bahasa inggris dan Karya Ilmiah Remaja (KIR). Hemm..akademis banget ya sepertinya.
Mengenai bahasa inggris, mengapa aku memilihnya? Karena aku ingin go internasional dengan penelitianku. Ya, itulah mimpiku. Tapi mengapa, aku orangnya begitu malas. Tentang KIR, aku sangat menyukai penelitian. Pada awalnya, aku terinspirasi dengan guru biologiku yang akhirnya keterusan sampai saat ini (semester 6 awal).
Wujud dari semua ini adalah aku tergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Penelitian yang bernama Kelompok Studi Ilmiah Mipa Scientist (KSI MIST). Aku tergabung disini sejak tahun 2011, awal banget saat aku menjadi mahasiswa baru. Masih teringat jelas saat pendaftaran, aku diantar oleh pemandu OSPEK, Mbak Nidhi. Beliau adalah Sekjend HimaBio 2011. Kuikuti alur untuk menjadi anggota tanpa ku tahu bahwa semua event yang kuikuti adalah alur masuknya. Mulai dari Mist School #3, Stadium General (Forum berlima), dan Research Champion (RC). Sebenarnya sebelum RC, ada Research Night (RN), sayangnya aku belum beruntung untuk mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan ada Studi Lapangan (SL) ke Pantai Krakal.
To be continue...

Jumat, 05 September 2014

Soal Remidi dan Pengayaan

Takkan mungkin malam selamanya gelap, masih ada waktu melakukan yang terbaik :)
Hem, ini soal remidi dan pengayaan kelas X MIA. silakan :)


bisa dikumpulkan langsung ke saya, datang saja ke laboratorium Biologi
atau dikumpul lewat email, nurul_hida1907@yahoo.com confirmasi ke no 085 647 813 793
tetap semangat ya :)

Selasa, 19 Agustus 2014

CERITA DI BALIK TRAVEL “D7566EJ” JURUSAN BANDUNG


Pertama kali yang kupikirkan saat duduk di travel dengan plat nomor D 7566 EJ adalah “waah.. pasti yang duduk di depanku ada anak kecil”. Saya kira wajar berpikir seperti itu. Karena di kursi paling depan ada boneka panda. Tapi, ternyata oh ternyata “uuupzzz” salah sangka. Saat mereka datang dari minimarket “seeeet…(menoleh ke arah luar travel)” kulihat siapa yang datang “aw..aw…aw…” aku pun terkejut dan sedikit merasa takut karena penampilan salah satu dari dua orang itu menyeramkan. Bayangkan saja, perempuan gendut dengan tinggi sekitar 150-an memakai celana pendek dan berbaju ketat bersama satu orang laki-laki dengan tinggi sekitar 160-an kecil dengan dandanan seperti “rockerstar”, rambut disemir pirang, dan memakai tindikan.
Aku berkata dalam hati “hmm…tidak mungkin mereka jahat, pasti mereka berpacaran”. Sesaat kemudian ada seorang perempuan membuka pintu travel bagian paling belakang. Lalu si pirang berkata “eh..bukannya kamu duduknya di nomor dua yah??”. Saat ku mendengar suaranya, “glekkk (menelan ludah),,, jadi, itu anak perempuan?? Astaga..!!!”.
Ia (si Pirang) pun membukakan pintu untuk perempuan itu. Sekilas ia melihatku dan tersenyum kepadaku, aku pun berbalik senyum kepadanya sambil berpikir “wah..ternyata dia anak baik-baik ya..”.
Setelah semua masuk, pak sopir segera membawa kami menuju Bandung dan tidak lupa untuk menjemput penumpang lainnya. Di dalam travel, si pirang itu telepooooon. . . .terus. Kalau tidak telepon, ngobrol sama pak sopir. Kelakuannya, benar-benar seperti laki-laki. Dari cara dia berbicara sampai merokok. Tapi suaranya itu lho..tetap saja perempuan, tidak bisa di ganggu gugat.
Di tengah perjalanan, kami makan malam di salah satu rumah makan Kebumen. Aku pun makan bersama teman sebelahku, mbak Diana. Beliau mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), 2009. Si pirang pun makan malam bersama temannya pula. Saat berjalan dan tidak sengaja berpapasan, ia pun kembali tersenyum padaku, aku pun juga berbalik senyum.
Temannya berkata “ciee…”
Si Pirang membalas “Udahlah…nggak usah rempong !!”
Mendengar itu semua, langsung terlintas dalam benakku “Apaaa??? Jangan-jangan aku dikira suka sama si Pirang?? Haduuuh…maaf yaa… aku tahu kalau dia tu perempuan”.
Setelah makan malam, kami pun segera melanjutkan perjalanan. Dari sebelum masuk travel, dan sesudahnya si Pirang masiiiih saja telepon. Aku sampai berpikir “Ini anak telepon melulu, emank ngomongin apa sih??”
Teman si Pirang berkata “Kamu ribut sama pacar kamu ya??”
Si Pirang tidak menjawab, ia tetap melanjutkan percakapannya. Dalam obrolannya itu ia sering mengucapkan kata “sayang”. Aku pun geli mendengarnya, anak tomboy seperti dia, memanggil pacarnya dengan sebutan “sayang”. Tapi, entah kenapa aku jadi curiga. Setelah ku mendengar suara orang di balik telepon tersebut, “Astagaaaa !!! Itu suara perempuan !!! Jadi. . . .pacarnya itu perempuan???”, “wah, pacarnya tahu nggak ya, kalau dia itu juga perempuan?? Kalau tidak tahu, kasian donk.
Aku kembali mendengarkan dialognya. Ternyata permasalahannya adalah “selingkuh”, karena si Pirang sering mengucapkan kata-kata itu “Wah. . . si Pirang dituduh selingkuh”.
Sampai ke puncak permasalahan si Pirang berkata “Yank, aku tu nggak selingkuh. Aku tu masih sayang sama kamu”.
“Nggak, aku nggak percaya. Lah, kamu ngapain telpon-telponan sama si Ayu??”kata pacar Pirang
“Enggak yank. Dengar ya!! Besok kalau aku masih kembali ke Jogja, berarti aku masih sayang sama kamu.”kata Si Pirang
Selanjutnya, aku tidak tahu apa yang dikatakan pacarnya. Lalu si Pirang menjawab “Kamu kok nuduh aku selingkuh terus? Yasudah, kalau kamu nuduh seperti itu jangan salahkan aku kalau nanti benar-benar selingkuh. (sambil memotong pembicaraan) Benar ya..jangan salahkan aku kalau nanti beneran selingkuh..”
è “Waduuuh…berarti kalau si Pirang selingkuh, selingkuhnya sama perempuan. Emank ada yang mau ya??”
Dialog pun tetap berlanjut. Si Pirang kembali berkata “Apa hubungan kita mau disudahi saja sampai disini???”.
è Waduuuh..dia mau putus???
Tanpa ku tahu apa yang dikatakan oleh pacar si pirang, ia pun tiba-tiba berkata “Apapun itu. . . apapun akan aku buktikan ke kamu”.
è Apa??? Apapun akan dibuktikan??
è Waaah…kalau dia minta bukti kalau kamu laki-laki bagaimana?? Hmm,, kalau tidak terbukti, pasti nanti pacarnya shock…

Setelah sampai di tempat tujuan, aku menceritakan hal itu kepada saudaraku. Sampai-sampai, berpikiran yang macem-macam. “pacarnya tahu gak yaa, kalau dia perempuan atau jangan-jangan dia sudah tahu dan memang saling suka??”, “kalau misal dia tinggal di Jogja, dia kostnya di kost pria atau wanita ya?? Penampilannya kan pria, tapi. . . dia tetap wanita”. #hadeeeehh….

Minggu, 17 Agustus 2014

Sekedar Meluapkan Rekam Pikirku Terhadap Pertanian

Dulu, aku pernah protes saat banyak menjumpai daerah sekitar rumahku yang lahan-lahan pertanian dijual dan didirikan perumahan-perumahan. Pernah berkata demikian “apa mereka tidak berpikir, kalau lahan-lahan pertanian dijual lalu didirikan perumahan maka daerah resapan airnya akan berkurang dan produksi pangan menurun.” Disamping itu, aku juga tidak peduli dengan pertanian. Pernah bertanya pada salah seorang temanku tentang cita-citanya dan ia menjawab menjadi seorang petani seperti ayah dan ibunya. Selanjutnya aku menjawab “ha? Jadi petani? Cuma nanam padi doank di sawah. Kalau kena hama, nanti rugi. Lebih aman jadi PNS, dapat gaji.”

Sampai saat ini, aku masih banyak menjumpai orang-orang yang protes dengan lahan-lahan pertanian yang saat ini didirikan perumahan terlebih dikalangan anak muda. Sebagai contoh kelasku pada saat kuliah Ilmu Lingkungan. Sebagai mahasiswa tentu harus kritis dengan keadaan lingkungan. Waw, pada saat diskusi sungguh teman-teman sangat kritis tentang hal tersebut. Mereka mengerti bagaimana tatacara pembangunan berkelanjutan. Mereka juga memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia hingga cara penyelesaiannya. Tidak tanggung-tanggung, sampai memberi saran pada Pemerintah dengan mengatakan “Seharusnya Pemerintah.......”

Itulah keadaan kelasku. Disini, saya berpikir “Diskusi ini untuk apa?” kalau hanya sekedar mengkritisi, apakah berguna untuk membangun bangsa? Sedangkan masukan-masukan untuk membangun negeri hanya terkunci dikelas tersebut.

Oya, aku tinggal di suatu perumahan daerah Kalasan Sleman Yogyakarta. Perumahan tersebut adalah bekas perkebunan tebu. Aku mengira, dahulu disana luas sekali akan perkebunan tebunya. Pernah bertanya-tanya masalah tebu. Dari sini kudapatkan info bahwa perkebunan tebu itu risiko kegagalannya relatif tinggi. Karena, tebu masa tanamnya mencapai 1 tahun. Kalau daerah sekitar rumahku, pengairannya hanya mengandalkan hujan. Mungkin ini targetku selanjutnya setelah bertani padi. Hmm kira-kira petualangan apa lagi ya? hahaha

Kembali ke topik pembicaraan. Walau dari awal belum kutentukan topik pembicaraan, namun telah kutuliskan tentang lahan pertanian yang dijual. Yah, kini kumengerti pentingnya pertanian bagi kehidupan makhluk di dunia ini, terutama bagi manusia.

Mengapa banyak lahan pertanian Indonesia yang dijual oleh para petani?

Jika anda termasuk orang yang mempertanyakan tentang hal ini dan merupakan orang yang protes kepada para petani yang menjual lahannya, STOP! Jangan dulu menyalahkan petani, namun cari dulu penyebabnya. Dari sosialisasi yang kudapatkan, petani banyak yang menjual lahan pertaniannya disebabkan karena rugi. Ya, R-U-G-I. Anggapan kebanyakan orang memang benar bahwa “Petani itu untung-untungan”. Kadang untung, kadang rugi. Jika rugi lebih sering dialami petani daripada untung, kukira wajar kalau petani banyak yang menjual lahannya. Setelah menjual lahannya, mencari pekerjaan lain yang mungkin akan memberikan gaji yang lebih tinggi. Dengan gaji yang lebih tinggi, maka kesejahteraan akan meningkat. Lantas, apakah petani tidak memikirkan masyarakat Indonesia yang sebagian besar mengonsumsi beras sebagai makanan pokok? Mungkin, lebih baik jika pertanyaannya dibalik. Apakah masyarakat dan pemerintah memikirkan kesejahteraan petani? Nah, adil bukan?

Dapat dikatakan bahwa petani itu butuh dampingan. Mengapa demikian? Petani telah ahli dalam kegiatan di lahan pertanian. Oleh karena itu, petani didampingi dalam segi keilmuannya. Sedikit bercerita tentang pendampingan pertanian di desa Nomporejo, Galur, Kulon Progo.

Petani di desa Nomporejo sangat antusias dalam menyambut orang yang datang untuk memberikan ilmu pertanian. Dulu pernah dari BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) mendatangi desa tersebut untuk memberikan Penyuluhan. Namun, terdapat keluhan dari para petani, karena setelah diberi penyuluhan tidak ada tindak lanjut dari pihak BP3K. Nah, hal itu berarti Petani sangat membutuhkan ilmu dan pendampingan secara berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Dari keluhan tersebut, TIM Healthy Field Increase My Rice menuai gagasan untuk memberikan pendampingan pertanian pada masyarakat desa Nomporejo. Selain antusiasme dari masyarakat petani, latar belakang dari program pendampingan ini yaitu petani desa Nomporejo belum menerapkan pengelolaan lahan secara biologis (melalui mikroba). Ya, memang jarang sekali dari kalangan petani yang mengelola lahannya secara biologis. Padahal, tanah yang sehat adalah tanah yang seimbang antara aspek kimia, fisika, dan biologi. Hal yang sering dilakukan oleh petani yaitu pengelolaan lahan secara kimia dan fisika. Secara kimia, petani biasa menggunakan pupuk untuk membuat tanaman agar penampilannya lebih bagus. Mengapa aku berkata demikian? Misalnya saja pupuk urea. Pupuk yang diprimadonakan oleh petani ini menyebabkan daun menjadi hijau terang (tidak alami). Petani suka dengan ini dengan anggapan bahwa hijaunya daun padi menandakan kesuburan tanaman. Begitu juga dengan tikus. Binatang ini, sangat tertarik dengan warna hijau daun padi. Hmm, apalagi setelah hewan ini mendatangi tanamannya, batangnya empuk. Wah, pastinya tikus-tikus pada menikmatinya. Secara fisika, petani biasanya melakukan pembajakan atau drainase. Hal ini dilakukan untuk menggemburkan tanah.

Kalau kesuburan tanah harus memperhatikan 3 aspek yaitu secara kimia, fisika, dan biologi berarti pengelolaannya pun harus dengan memperhatikan antara 3 aspek tersebut. Jika tidak, maka keadaannya tidak akan seimbang. Banyak sekali kasus yang ditemukan terkait dengan tanaman padi. Adanya serangan hama tikus, wereng, dan keong mas. Hama bukanlah bala dari Tuhan, seperti yang diketahui oleh kebanyakan orang. Namun, hama datang karena kesalahan pengelolaan lahan. Telah diterangkan pada paragraf sebelumnya bahwa hama tikus karena tertarik dengan warna daun hijau terang dan batang yang empuk. Hama wereng, datang karena adanya bau busuk. Bau busuk disebabkan oleh apa? ada dua kemungkinan yang menyebabkan bau busuk pada batang atau akar tanaman padi. Kemungkinan pertama disebabkan oleh terendamnya batang padi yang dalam waktu lama akan menyebabkan bau busuk. Mengapa terendam? Hal ini disebabkan oleh tanah yang bantat. Hal ini menyebabkan air tidak dapat terserap dalam tanah dan akhirnya akan menggenangi batang padi. Kemungkinan kedua disebabkan dengan penyemprotan pupuk cair yang salah. Penyemprotan seharusnya dilakukan dengan sistem U. Penyemprotan, harus dari bawah daun (kalau bisa, masuk melalui stomata). Mengapa tidak dari atas daun yang banyak dilakukan oleh kebanyakan petani? Kalau dari atas daun, pupuk cair kemungkinan besar akan mengalir ke pangkal daun (bukan masuk ke dalam tanah untuk diserap oleh akar). Lama-lama akan menyebabkan kebusukan pada tanaman tersebut. Hama keong mas, datang karena saat ini sudah sangat jarang ada tanaman pisang yang di pinggir lahan persawahan. Dengan kata lain, jika ada tanaman pisang maka hama keong mas akan berkumpul mendatangi debog pisang.

Kasus selanjutnya yaitu terjadinya penurunan produktivitas karena banyaknya bulir padi yang kosong. Hal ini disebabkan oleh adanya hama yang menyerap nitrogen (N) pada tanaman. Penyebab yang lainnya adalah kurangnya nutrisi pada tanah dan dekomposer yang merombak bahan organik menjadi bahan anorganik. Hal ini juga disebabkan oleh pemberian pupuk kimia yang berlebihan. Pemberian yang berlebihan ini menyebabkan binatang-binatang bermanfaat pada tanah menangis dan akhirnya mati. Akibatnya berimbas pada ketersediaan nutrisi pada tanah.

Dari kasus yang ada, tentu tidak sepenuhnya petani bersalah. Justru kita yang seharusnya berjuang. Belajar dan terus belajar. Menguasai ilmu pertanian, dan mentransfer ilmu tersebut kepada para petani sekaligus belajar untuk diri kita sendiri. Belajar di lapangan dan merasakan bagaimana perjuangan petani untuk menghasilkan satu butir beras. Belajar bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Belajar mencintai bangsa Indonesia, agar tidak selamanya kita terjajah.

Semangat dan tetap semangat. Lelah itu pasti, namun senyum petani itu lebih berarti. Berarti untuk Indonesia dalam mewujudkan yang Negara yang Berdikari. Berarti untuk kita semua. Tersenyumlah ^_^ kita pasti bisa !

Kau berbakti untuk negeri
Tak kau hiraukan panas terik matahari
Perjuanganmu untuk bangsa ini
Wahai Petani

Kaulah pahlawan yang tak dikenal
Namun kau tetap semangat untuk berjuang
Jasamu sungguh luar biasa

Untuk Indonesia tercinta

14 Agustus 2014 (09.24)
ttd
@NurulMustafaa

Jumat, 15 Agustus 2014

Tulisan 11 April 2013

Kita hidup dibawah satu naungan matahari. Ia senantiasa menghangatkan kita dalam segala keadaan. Saat kita ditinggalkan, ada bulan yang menggantikannya. Ia bernyanyi, bersenandung menina bobokan kita dan mengantarkan sampai ke dunia mimpi. Bintang pun mengiringi dengan tarian indahnya. Mengapa?? Mengapa kita harus bertengkar dengan perbedaan yang kita miliki?? Kita sama-sama hidup di dalam anugerah-Nya, kita sama-sama hidup di dalam lindungan-Nya, dan kita hidup di dalam tempat yang sama.
Bumi. Ya, tempat kita berpijak. Ia tidak pernah mengeluh, berapa berat beban yang harus ia tampung. Bahkan kita tidak pernah tahu bahwa bumi selalu menangis karena ulah yang kita lakukan. Kita tidak pernah sadar bahwa kita selalu melukainya. Menebang pohon seenaknya, menangkap ikan dengan leluasanya, mencemari habitat makhluk lain, tanpa kita memikirkan nasib mereka. Kita hanya memikirkan diri kita sendiri. Seharusnya kita tahu, bahwa langkah itu akan berdampak pada diri kita.
Kini aku melangkah, menelusuri dunia yang masih kelam. Kudengar canda tawa anak-anak yang berbahagia bersama orangtuanya. Kicauan burung pun membersamainya. Kurasakan betapa nyamannya tempat ini yang jauh dari keramaian. Kuhirup udara sejuk disertai tiupan angin sepoi-sepoi yang membisikkanku dengan teramat sangat ramah.
Semakin lama aku melangkah kurasakan semakin kerasnya jalan yang kutapaki ini. Dunia ini tidak lagi sepi. Semakin banyak kata yang belum ada dalam kamus nervosumku. Banyak suara klakson yang mengiringi perjalananku. Terkadang kudengar teriakan yang selanjutnya akan disusul dengan suara ambulan. Terkadang ada suara tangisan bayi. Oh..betapa pedihnya hati ini, saat ku tahu itu anak yang dibuang. Yaah..bayi..bayi, aku tak bisa membayangkan jika aku yang telah berumur dua puluh tahun berada di dalam penampung barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi.
Aku kembali melangkah, entah mau kemana kedua kakiku ini akan menuju. Dalam perjalanan ini, semakin banyak hal-hal aneh yang aku temui. Semakin jauh, semakin aku tidak mengerti. Ku ingin terus menelusuri ruang ini entah sampai kapan aku akan puas dengan apa yang aku rasakan....... 

Selasa, 29 Juli 2014

Pertanian Dulu dan Sekarang

Dulu hanya bisa photo-photo doank, sekarang bertani beneran.

Disela-sela kesibukanku mengerjakan Analisis Usahatani “cieeeee, yang sibuk” inginku menulis, menceritakan apa yang ada dipikiranku saat ini. Kalau mengingat aku yang dulu, sebenarnya pada saat SMP sudah tertarik di bidang pertanian. Namun, tanpa alasan.
Aku pernah meminta temanku yang orangtuanya bekerja sebagai petani “eh, kalau menanam padi aku mbok di ajak”.
Lalu temanku berkata “Ya. Tapi di tanahnya banyak cacingnya lho.”
“Iya po?”tanyaku dengan semangat yang memudar
“Iya, kalau kamu masuk ke tanahnya, nanti cacing tanahnya menggulat-nggulat kakimu.”kata temanku meyakinkan
Arrg, sudah deh. Sudah tak berminat lagi ke pertanian. Kalau permasalahan sudah menjurus ke cacing, bye bye. Hmm.. namun aku senang sekali dengan suasana di persawahan. Pemandangannya bagus. Apalagi pemandangannya itu padi. Wow, kereeeeen.
Hmm, dibalik kerennya persawahan, apa yang anda pikirkan? Ada yang berpikir, siapa yang menanam? Yang lebih sering dijumpai aja deh, pada saat makan. Pernahkah anda berpikir, seberapa besar pengorbanan orang yang menanam padi? Perlu anda ketahui, bahwa petani menanam padi penuh dengan pengorbanan. Panas terik matahari mereka hiraukan. Bayangkan saja, masa tanamnya 4 bulan coyy. 4 bulan hanya untuk merawat tanaman padi lalu nasi-nya anda sia-sia kan begitu saja? Ingat ya, satu butir nasi dipertanggungjawabkan.
Tahun 2013, spesial banget. Aku kenal dengan seseorang yang luar biasa. Beliau mengajakku mengikuti sosialisasi tentang pertanian. Waaah, pendorong semangat banget buat aku. Mau tau orang yang mengisi sosialisasi tersebut? Beliau adalah salah seorang anggota dari PBB bagian FAO. Singkat saja, disini kami dijejeli segalanya tentang pertanian. Beliau menerangkan bahwa tanah di Indonesia adalah tanah tersubur se jagad raya, itu catatan dari PBB lho ya. Pertanyaannya, mengapa Indonesia masih import beras? Lho? Hubungannya? Jadi, lahan untuk pertanian di Indonesia cukup luas. Petani padi, banyak kog. Kalau lahan dan petani Indonesia dioptimalkan, kebutuhan Indonesia tercukupi kog. Tidak perlu import beras, kalau perlu kita yang eksport ke seluruh negara di dunia. Petani itukan untung-untungan? Stop ! don’t say like that ! sekarang motto kita “Petani Itu Harus Untung”.
Ya, tadi sudah dikatakan bahwa lahan Indonesia adalah lahan tersubur di jagad raya. Sekarang, mari kita intip surat Al-A’raaf (7) ayat 58. Nah, disini diterangkan bahwa “Dan dari tanah yang subur dihasilkan tetanaman yang produktif dengan izin Allah, dan dari tanah yang tidak subur tidak dihasilkan kecuali dengan payah.” Sudah jelas kan? Bahwa bagus tidaknya tanaman, semua berasal dari faktor tanah. Jadi, kalau masih ada tanaman yang tidak produktif (gagal panen), banyak hama, perlu dicurigai tanahnya.
Permasalahannya sekarang, banyak yang belum mengerti pentingnya tanah. Banyak kasus, petani yang berlebihan menggunakan pupuk kimia. Yaaah, wajar saja kalau lama-kelamaan lahannya kritis (jenuh dengan pupuk kimia). Tanah jadi alot, hewan-hewan bermanfaat pada mati. Yuuk, anak-anak muda tolong kesadarannya. Belajar mengenai pertanian, supaya bisa menjadi pendamping-pendamping petani yang handal. Seperti kata Bapak Penyuluh “Petani itu butuh dampingan”. Jadi, kita sebagai konseptor, petani bagian lapangan. Walaupun bagaimanapun, petani lebih berpengalaman dan lebih paham dengan keadaan lapangan.
Dari sosialisasi ini, beranjak ke penulisan karya tulis. Alhamdulillah, bisa jalan-jalan ke Universitas Indonesia untuk mengikuti Konferensi Ilmuan Muda Indonesia. Ihiiiy, banyak kenalan niiih. Yup, aku bertemu dengan orang-orang hebat, pinter-pinter, dan super-super. Jalan-jalan juga ke Bogor. Asyiik pokoknya...
2014, terjun beneran. Praktik mendampingi petani desa Nomporejo, Galur, Kulon Progo. Ini wujud nyata lho ya. Disini benar-benar terjun. Belajar berkomunikasi dengan petani. Menyampaikan ilmu dengan bahasa petani yang tentunya, “itu tidak mudah”. Konsep yang kami angkat yaitu Healthy Field Increase My Rice. So, Lahan yang sehat, produktivitas beras meningkat. Kami (Tim) mendampingi petani mengelola lahan secara biologis dengan mikroba bermanfaat. Ada tiga pendampingan, pengecekan pH, penambahan C-Organik, dan penambahan mikroba.
Hmm, merasakan bagaimana panasnya persawahan di siang hari. Merasakan masuk ke becek-nya lahan. Hihihi, tidak ada cacing tuch! Cacingnya takut sama aku, jadi nggak nongol.
Mimpiku, ingin mendirikan PT. Pertanian Dahsyat HFIMR. Jadi, Perusahaan ini akan membentuk kader-kader pendamping petani yang handal dan juga akan memproduksi beras dalam kemasan. Berasnya bukan beras biasa. Beras yang istimewa pokoknya. #aamiin


Kalasan, 29 Juli 2014
14.20 WIB

Ttd


@NurulMustafaa

Selasa, 22 Juli 2014

Aku dan #KKN-PPL

Tak pernah ini kubayangkan akan terjadi di hidup ini
Namun kini jelas ada dan terbukti kuberubah
Aku syukuri segala nikmat ini
Tak semua mendapatkannya
Tuhan telah buka kan jalan untukku
‘kan ku jaga bahagia ini

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang tiada henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita. Sungguh, tak menyangka sebelumnya. Aku, bukanlah Nurul yang dulu. Aku bukanlah Nurul yang seringkali diremehkan. Aku bukanlah Nurul yang tak bisa berbuat apa-apa. Aku bukanlah Nurul yang tak berani berhadapan dengan orang banyak. Aku bukanlah Nurul yang tidak memiliki teman karena tidak memiliki keahlian. Ya, Nurul sekarang sudah berubah.
Hah, tak perlu mengingat yang dulu. Yang terpenting adalah bagaimana aku bersikap untuk move on. Bagaimana caranya? Menghapus masa lalu, merubah masa kini, dan menata masa depan. Masa lalu, biarlah itu menjadi guru terbaikku. Merubah masa kini untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menyusun langkah demi langkah yang akan kutempuh untuk mencapai tujuan hidup (bahagia dunia dan akhirat).
Sering ku kagum dengan kakak-kakak angkatan yang keren, entah dalam penelitiannya maupun dalam hal public speaking-nya. Saat MaBa dan menjadi pengurus baru Ksi Mist, aku sangat kagum dengan mas Firman Nugroho. Saat Up Grading, beliau memberi motivasi pada kami para pengurus. Di situ aku berpikir, suatu saat nanti aku akan seperti beliau. Dulu aku juga pernah berpikir akan mengikuti jejak mbak Ling-ling. Hahaha LOL #PikiranMaba
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 6 semester sudah kulewati. Di semester khusus saatnya KKN-PPL. Aku pun siap berpetualang.
Aku mau bercerita tentang kisahku sendiri. KKN-PPL yang insyaaAllah menyenangkan. Hem, saat saat aku lagi butuh-butuhnya semangat, eitz orang yang selalu menyemangatiku menghilang entah kemana. Mau ke Jerman, eh hampir lupa sama aku. Haha, harap maklum lah. Aku sih tidak masalah, sudah tau wataknya sih. Mungkin suatu saat nanti aku yang akan melewati fase-fase itu.
Salah satu kegiatan di tempat KKN adalah mengajar TPA. Hem, setelah bertahun-tahun tidak mengajar TPA “lebay” kini aku kembali lagi terjun ke salah satu kegiatan favoritku. Disini aku menyimpan banyak pertanyaan. Yaah, aku mengenal kondisi 2 TPA. Terutama kondisi santri dan guru. Perbedaan yang sungguh signifikan. Mungkin hal ini akan aku bahas di lain kesempatan. Yup yup yup.
Sekarang aku bercerita tentang pengalaman PPL di SMA N 1 Prambanan. Disini aku belajar banyak hal. Semuanya saja, tidak hanya PPL namun juga KKN. Feeling excited saat PPL 2014 diberi kepercayaan oleh Waka Kurikulum sekaligus guru pembimbing PPL untuk memberikan Stimulus Motivation. Saat kumengetahui hal itu rasanya senang sekali dan dipikiranku hanyalah “Aku harus mengambil kesempatan ini, aku harus belajar menjadi pembicara mulai dari kesempatan ini sebelum ku menemui masa yang lebih banyak dengan tuntutan materi yang lebih “wow” juga”.
Bingung mau membuat materi yang seperti apa. Niatnya hari senin sudah beres, lanjut belajar ngomong. Hmm, dalam praktiknya, lagi-lagi waktu yang  harus memaksaku untuk membuatnya. Artinya, harus kepepet dulu baru bisa. Malamnya aku ngisi materi, siangnya baru buat materinya. Baru sekitar jam 17.00 WIB selesai, oke fix. Akupun tidak langsung belajar berbicara, namun membantu menyiapkan keperluan berbuka puasa terlebih dahulu. Ba’da magrib, kubaca Al-Qur’an supaya tenang. Sampai ba’da isya, huaaah semakin deg-deg-an saja. Jantung berdetak lebih kencang. Pukul 19.30 WIB disaat Ceramah, kuambil laptop. Langsung saja buka PPT materi stimulus motivation, belajar ngomong kilat. Yaaah, yang penting paham alurnya. Masalah ngomong urusan nanti saja. hemm, hanya sekitar 17 menit aku belajar alur dari materi yang telah kubuat. Setelah itu menunggu beberapa menit untuk dipanggil, “mbak-mbak PPL”. Untungnya, pak Guru Agama (Pak Ansori) hafal namaku dan berkata “Silakan Mbak Nurul” ahihihi.
Maju dengan penuh percaya diri. Sebelum maju, ada sedikit rasa takut. Kucoba untuk menyembunyikannya. Tersenyum, hahaha pura-pura tidak ada ketakutan sedikit pun di depan teman-teman dan para siswa. Yaah, begitulah, terkadang ada rasa gengsi yang melekat pada diriku.
Begini, aku pernah mengalaminya. Jadi, aku bisa memberikan tips supaya tidak grogi saat memberi materi atau berbicara di depan orang banyak. Hahahaha
Yang aku lakukan, pada saat teman-teman menyiapkan segala keperluan entah itu LCD, proyektor, Laptop, dan segala macamnya, langsung kuambil Microphone-nya. Mengucapkan salam dan mengajak berbicara peserta. Perkenalan, untuk menghabiskan waktu sambil persiapan. Pokoknya sebisa mungkin menghipnotis peserta agar mereka tidak merasa dianggurkan. Mengajak berbicara peserta sebelum memberikan materi, terbukti mengurangi rasa tegang. #serius aku nggak bo’ong :P
Tips selanjutnya, emm apa ya. Sering-sering saja berhadapan dengan orang banyak. Sambutan, memimpin rapat, atau apapun deh. Hal itu akan menambah rasa percaya diri. Nah, organisasi juga akan mengajarkan tentang banyak hal. Apalagi kalau dihayati. Jadi, Organisasi adalah kuliah yang paling mahal.
Tips lagi nih, pahami materinya, pahami alurnya, dan harus hafal dengan slide yang telah dibuat. Jadi, terlihat keren. Hahahaha (aku belum keren kog, masih harus banyak belajar).
Rabu, 16 Juli 2014 yaaah, menjadi sejarah untukku. Aku berhasil menjadi pemateri dalam pesantren SMA N 1 Prambanan. Menjadi pemateri untuk pertama kalinya. Suatu saat nanti aku akan menjadi pembicara dengan masa yang lebih banyak. I can do more, I believe it.

Prambanan, 22 Juli 2014
(09.13 WIB)
Ttd

@NurulMustafaa