Pertama kali yang kupikirkan
saat duduk di travel dengan plat nomor D 7566 EJ adalah “waah.. pasti yang
duduk di depanku ada anak kecil”. Saya kira wajar berpikir seperti itu. Karena
di kursi paling depan ada boneka panda. Tapi, ternyata oh ternyata “uuupzzz”
salah sangka. Saat mereka datang dari minimarket
“seeeet…(menoleh ke arah luar travel)” kulihat siapa yang datang “aw..aw…aw…”
aku pun terkejut dan sedikit merasa takut karena penampilan salah satu dari dua
orang itu menyeramkan. Bayangkan saja, perempuan gendut dengan tinggi sekitar
150-an memakai celana pendek dan berbaju ketat bersama satu orang laki-laki
dengan tinggi sekitar 160-an kecil dengan dandanan seperti “rockerstar”, rambut
disemir pirang, dan memakai tindikan.
Aku berkata dalam hati
“hmm…tidak mungkin mereka jahat, pasti mereka berpacaran”. Sesaat kemudian ada
seorang perempuan membuka pintu travel bagian paling belakang. Lalu si pirang
berkata “eh..bukannya kamu duduknya di nomor dua yah??”. Saat ku mendengar
suaranya, “glekkk (menelan ludah),,, jadi, itu anak perempuan?? Astaga..!!!”.
Ia (si Pirang) pun
membukakan pintu untuk perempuan itu. Sekilas ia melihatku dan tersenyum
kepadaku, aku pun berbalik senyum kepadanya sambil berpikir “wah..ternyata dia
anak baik-baik ya..”.
Setelah semua masuk, pak
sopir segera membawa kami menuju Bandung dan tidak lupa untuk menjemput
penumpang lainnya. Di dalam travel, si pirang itu telepooooon. . . .terus.
Kalau tidak telepon, ngobrol sama pak
sopir. Kelakuannya, benar-benar seperti laki-laki. Dari cara dia berbicara
sampai merokok. Tapi suaranya itu lho..tetap saja perempuan, tidak bisa di
ganggu gugat.
Di tengah perjalanan,
kami makan malam di salah satu rumah makan Kebumen. Aku pun makan bersama teman
sebelahku, mbak Diana. Beliau mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia (UII), 2009. Si pirang pun makan malam bersama temannya pula. Saat
berjalan dan tidak sengaja berpapasan, ia pun kembali tersenyum padaku, aku pun
juga berbalik senyum.
Temannya berkata “ciee…”
Si Pirang membalas
“Udahlah…nggak usah rempong !!”
Mendengar itu semua,
langsung terlintas dalam benakku “Apaaa??? Jangan-jangan aku dikira suka sama
si Pirang?? Haduuuh…maaf yaa… aku tahu kalau dia tu perempuan”.
Setelah makan malam,
kami pun segera melanjutkan perjalanan. Dari sebelum masuk travel, dan
sesudahnya si Pirang masiiiih saja telepon. Aku sampai berpikir “Ini anak
telepon melulu, emank ngomongin apa sih??”
Teman si Pirang berkata
“Kamu ribut sama pacar kamu ya??”
Si Pirang tidak
menjawab, ia tetap melanjutkan percakapannya. Dalam obrolannya itu ia sering
mengucapkan kata “sayang”. Aku pun geli mendengarnya, anak tomboy seperti dia, memanggil pacarnya dengan sebutan “sayang”.
Tapi, entah kenapa aku jadi curiga. Setelah ku mendengar suara orang di balik
telepon tersebut, “Astagaaaa !!! Itu suara perempuan !!! Jadi. . . .pacarnya
itu perempuan???”, “wah, pacarnya tahu nggak
ya, kalau dia itu juga perempuan?? Kalau tidak tahu, kasian donk.”
Aku kembali mendengarkan
dialognya. Ternyata permasalahannya adalah “selingkuh”, karena si Pirang sering
mengucapkan kata-kata itu “Wah. . . si Pirang dituduh selingkuh”.
Sampai ke puncak
permasalahan si Pirang berkata “Yank, aku tu nggak selingkuh. Aku tu masih
sayang sama kamu”.
“Nggak, aku nggak
percaya. Lah, kamu ngapain telpon-telponan sama si Ayu??”kata pacar Pirang
“Enggak yank. Dengar
ya!! Besok kalau aku masih kembali ke Jogja, berarti aku masih sayang sama
kamu.”kata Si Pirang
Selanjutnya, aku tidak
tahu apa yang dikatakan pacarnya. Lalu si Pirang menjawab “Kamu kok nuduh aku
selingkuh terus? Yasudah, kalau kamu nuduh seperti itu jangan salahkan aku
kalau nanti benar-benar selingkuh. (sambil memotong pembicaraan) Benar ya..jangan
salahkan aku kalau nanti beneran selingkuh..”
è “Waduuuh…berarti kalau si Pirang selingkuh, selingkuhnya sama perempuan. Emank ada yang mau ya??”
Dialog pun tetap
berlanjut. Si Pirang kembali berkata “Apa hubungan kita mau disudahi saja
sampai disini???”.
è Waduuuh..dia mau putus???
Tanpa ku tahu apa yang
dikatakan oleh pacar si pirang, ia pun tiba-tiba berkata “Apapun itu. . .
apapun akan aku buktikan ke kamu”.
è Apa??? Apapun akan dibuktikan??
è Waaah…kalau dia minta bukti kalau kamu laki-laki bagaimana?? Hmm,, kalau
tidak terbukti, pasti nanti pacarnya shock…
Setelah sampai di tempat
tujuan, aku menceritakan hal itu kepada saudaraku. Sampai-sampai, berpikiran
yang macem-macam. “pacarnya tahu gak yaa, kalau dia perempuan atau
jangan-jangan dia sudah tahu dan memang saling suka??”, “kalau misal dia
tinggal di Jogja, dia kostnya di kost pria atau wanita ya?? Penampilannya kan
pria, tapi. . . dia tetap wanita”. #hadeeeehh….