Sepulang dari Kulon
progo, aku belajar banyak dari perhatian seorang ibu terhadap anak. Yupz, empat
hari yang lalu aku silaturahim ke rumah mbak Fatma. Keluarganya, baik banget.
Saking baiknya, saya jadi tidak enak kalau berlama-lama disana. Yaah,,aku begitu
dianggap sebagai raja. Jadi, merasa kalau aku disana merepotkan.
Di sela-sela waktu yang
ada yaitu pada saat mbak fatma tidak berada di dekatku, ibu bercerita
tentangnya.
“Ifa (read: Fatma) tu
kalau saya telepon sering sekali lagi berada di kampus pusat. Padahal kampus
pusat dengan kampus wilayah (Bantul) itu jaraknya jauh.”
Jawabku (sok tau) “iya
bu, soalnya mbak fatma ketua Reality. Ya,,seperti UKM Penelitian bu.”
“Kalau dikampus pusat,
terus disana ngapain aja?”tanya ibu
Jawabku (sok tau) “ya,
mengawasi adek-adek-nya bu. Kan ketua, jadi mungkin sering dicari-cari sama
anggotanya. Terus banyak juga yang minta tolong buat dikoreksi karya tulisnya
(kataku dalam hati: untung mbak fatma td sempat cerita).”
“Ow, begitu. Dia tu
dari dulu memang seperti itu. dulu sibuk di OSIS, pulangnya sering malam.
Memang aktif sih disekolah, tapi untuk pekerjaan perempuan di rumah dia tidak
tahu apa-apa.”
#Jleb. Dari perkataan
ibu yang seperti itu, langsung aku tak bisa berkata-kata lagi. Tersenyum dan
berkata “ya”. Dengan otomatis juga, langsung teringat dengan ibuku. Apakah
ibuku berpikiran demikian saat aku sering pulang malam?? Dalam hati juga aku
berkata “Ibu, maafkan Nurul. Aku tidak mengerti apa-apa tentang pekerjaan
rumah. Bapak, maafkan nurul, krn belum bisa masak.”
Owh, aku pun teringat
dengan perkataan ibuku, kira-kira setahun yang lalu. Pada saat itu, kegiatanku
sangat padat. Hampir dalam waktu satu minggu, tidak berada di rumah. Bahkan
mungkin, dalam waktu sehari saya lebih sering berada di kampus.
Suatu hari, saya akan
pergi. Lalu ibuku berkata (dalam bahasa jawa, saya indonesiakan) “kamu mau
kemana?”
“ke Menwa bu”jawabku
singkat, padat dan jelas
“kok ke Menwa terus?
Tidak usah berangkat.”larangan ibuku
“Lah kenapa bu? Kog aku
tidak boleh ke menwa?”tanyaku
“Kamu tu nggak pernah
di rumah lho. Sabtu-minggu pasti pergi. Masak seorang ibu tidak boleh melihat
anaknya dirumah?”kata ibuku
Yaah, sungguh
menyesakkan. Rasa sedih dan merasa bersalah. Aku bertanya pada diriku “apakah
diriku sudah keterlaluan??” #Astagfirullah...
Kukira wajar ibuku
berkata demikian. Karena memang pada saat aku pulang semua keluargaku sudah
terlelap dan mungkin mereka hanya melihatku di pagi hari, itu pun pada saat
sarapan. Jika ditelaah lebih dalam lagi, akulah yang bersalah T.T.
Hmm..ada lagi ni. Pada
saat kumpul keluarga di ruang tamu, ibu mbak fatma kembali berkata. “Ifa tu
kalau pulang malam terus, sukanya ngeyel. berhubung sekarang di kost jadi
bebas, tidak ada yang ngawasi.”
Rasanya #Jleb lagi.
Owh..itu aku bu, bukan hanya mbk Fatma T.T.
Bersyukur, aku tidak
kost. Sehingga masih memiliki seorang pengawas, yaitu ibu.
Ibu, ibu, ibu. Mungkin
dimana-mana selalu sama. Selalu khawatir disaat anaknya belum berada dirumah
pada waktu yang seharusnya telah berada dirumah.
Ibuku dan ibu mbak fatma
hampir mirip. Dari cara menyuruh anaknya pulang kerumah, yaitu dengan sms yang
intinya “gek pulang, sudah malam”, kalau tidak pulang-pulang ya ditelepon.
Aku dan mbak fatma pun
juga memiliki kesamaan. Sukanya pulang malam, tapi saat melihat adik angkatan
yang pada saat dimalam hari ia belum pulang, selalu khawatir. Intinya
mengkhawatirkan orang lain tetapi sama diri sendiri tidak khawatir.
Owh, berharap aku
segera insyaf.
Ayo Nurul, kurangi
aktivitasmu, jati dirimu telah kau temukan. Jalani dan dalami....