Me and Friends

Me and Friends
FOSMAN (Forum Scientist Muda Nasional)

Rabu, 16 Oktober 2013

Sebuah Renungan yang #Jleb



Sepulang dari Kulon progo, aku belajar banyak dari perhatian seorang ibu terhadap anak. Yupz, empat hari yang lalu aku silaturahim ke rumah mbak Fatma. Keluarganya, baik banget. Saking baiknya, saya jadi tidak enak kalau berlama-lama disana. Yaah,,aku begitu dianggap sebagai raja. Jadi, merasa kalau aku disana merepotkan.
Di sela-sela waktu yang ada yaitu pada saat mbak fatma tidak berada di dekatku, ibu bercerita tentangnya.
“Ifa (read: Fatma) tu kalau saya telepon sering sekali lagi berada di kampus pusat. Padahal kampus pusat dengan kampus wilayah (Bantul) itu jaraknya jauh.”
Jawabku (sok tau) “iya bu, soalnya mbak fatma ketua Reality. Ya,,seperti UKM Penelitian bu.”
“Kalau dikampus pusat, terus disana ngapain aja?”tanya ibu
Jawabku (sok tau) “ya, mengawasi adek-adek-nya bu. Kan ketua, jadi mungkin sering dicari-cari sama anggotanya. Terus banyak juga yang minta tolong buat dikoreksi karya tulisnya (kataku dalam hati: untung mbak fatma td sempat cerita).”
“Ow, begitu. Dia tu dari dulu memang seperti itu. dulu sibuk di OSIS, pulangnya sering malam. Memang aktif sih disekolah, tapi untuk pekerjaan perempuan di rumah dia tidak tahu apa-apa.”
#Jleb. Dari perkataan ibu yang seperti itu, langsung aku tak bisa berkata-kata lagi. Tersenyum dan berkata “ya”. Dengan otomatis juga, langsung teringat dengan ibuku. Apakah ibuku berpikiran demikian saat aku sering pulang malam?? Dalam hati juga aku berkata “Ibu, maafkan Nurul. Aku tidak mengerti apa-apa tentang pekerjaan rumah. Bapak, maafkan nurul, krn belum bisa masak.”
Owh, aku pun teringat dengan perkataan ibuku, kira-kira setahun yang lalu. Pada saat itu, kegiatanku sangat padat. Hampir dalam waktu satu minggu, tidak berada di rumah. Bahkan mungkin, dalam waktu sehari saya lebih sering berada di kampus.
Suatu hari, saya akan pergi. Lalu ibuku berkata (dalam bahasa jawa, saya indonesiakan) “kamu mau kemana?”
“ke Menwa bu”jawabku singkat, padat dan jelas
“kok ke Menwa terus? Tidak usah berangkat.”larangan ibuku
“Lah kenapa bu? Kog aku tidak boleh ke menwa?”tanyaku
“Kamu tu nggak pernah di rumah lho. Sabtu-minggu pasti pergi. Masak seorang ibu tidak boleh melihat anaknya dirumah?”kata ibuku
Yaah, sungguh menyesakkan. Rasa sedih dan merasa bersalah. Aku bertanya pada diriku “apakah diriku sudah keterlaluan??” #Astagfirullah...
Kukira wajar ibuku berkata demikian. Karena memang pada saat aku pulang semua keluargaku sudah terlelap dan mungkin mereka hanya melihatku di pagi hari, itu pun pada saat sarapan. Jika ditelaah lebih dalam lagi, akulah yang bersalah T.T.
Hmm..ada lagi ni. Pada saat kumpul keluarga di ruang tamu, ibu mbak fatma kembali berkata. “Ifa tu kalau pulang malam terus, sukanya ngeyel. berhubung sekarang di kost jadi bebas, tidak ada yang ngawasi.”
Rasanya #Jleb lagi. Owh..itu aku bu, bukan hanya mbk Fatma T.T.
Bersyukur, aku tidak kost. Sehingga masih memiliki seorang pengawas, yaitu ibu.
Ibu, ibu, ibu. Mungkin dimana-mana selalu sama. Selalu khawatir disaat anaknya belum berada dirumah pada waktu yang seharusnya telah berada dirumah.
Ibuku dan ibu mbak fatma hampir mirip. Dari cara menyuruh anaknya pulang kerumah, yaitu dengan sms yang intinya “gek pulang, sudah malam”, kalau tidak pulang-pulang ya ditelepon.
Aku dan mbak fatma pun juga memiliki kesamaan. Sukanya pulang malam, tapi saat melihat adik angkatan yang pada saat dimalam hari ia belum pulang, selalu khawatir. Intinya mengkhawatirkan orang lain tetapi sama diri sendiri tidak khawatir.
Owh, berharap aku segera insyaf.
Ayo Nurul, kurangi aktivitasmu, jati dirimu telah kau temukan. Jalani dan dalami....