Kini, aku mengerti makna dari unsur pimpinan dan
unsur pelaksana. Berawal dari sebuah perbincangan dengan teman-teman Menwa
Pasopati UNY saat acara Pra Pendidikan Dasar, kini ku kembali merenungkan. Sungguh,
selama ini aku salah pemikiran. Pernah merasa jengkel dan marah saat
teman-teman melaksanakan tugasnya harus dengan pengarahanku, harus dikomando
terlebih dahulu. Kepala rasanya mau pecah, hati ingin sekali berteriak. Dalam hati
kuberkata “mengapa kalian tidak bisa jalan sendiri?”.
Saat menjadi staf di suatu organisasi, pernah ku
berpikir “enak jadi ketua atau wakil ketua (komandan/wakil komandan), tidak ada
proker”. Namun, saat berpikir demikian komandan menwa tahun sebelumnya berkata “komandan
dan wadan memang diberi porsi yang sedikit dalam mengerjakan tugas, karena
mereka lebih berat mikirnya”. Selanjutnya seorang temanku berkata “seorang
pemimpin itu yang penting kuat pikirannya”.
Aku pun pernah mengalaminya. Kesabaran sangat
dibutuhkan. Pikiran pun harus kuat. Aku mengerti, karena aku menjalani. Namun,
disaat aku mendapatkan jawaban tentang kepemimpinan malah menuntut teman-teman
untuk bisa mandiri tanpa harus diberi komando.
Jadi, dalam perbincangan dengan teman-teman Menwa
seorang berkata “aku lebih suka menjadi unsur pelaksana daripada unsur pimpinan”.
Lalu ada yang menambahkan “aku juga,
lebih suka melaksanakan perintah daripada menjadi unsur pimpinan. Karena unsur
pimpinan cenderung menjadi konseptor”. Bahkan ada yang bercerita bahwa temanku
pernah mengalami kebingungan saat akan menjalankan sebuah program kerja. Inilah
perbincangan A, B, dan C.
“bagaimana proker baksos ini?”tanya A kebingungan
“Nggak tahu..”Jawab B
Sehingga C menyambung pembicaraan “Ya tanya
koordinator kalian, kalian kan sebagai unsur pelaksana. Jadi nggak bisa jalan
sendiri.”
Pernah mengalami saat-saat menjadi unsur pelaksana
dan saat-saat menjadi unsur pimpinan. Bagaimana ringan pikiran saat menjadi
unsur pelaksana. Bagaimana berat pikiran saat menjadi unsur pimpinan. Dari
perbincangan itu, aku mengerti. Unsur pelaksana tidak bisa dipaksakan berjalan
dengan sendirinya. Unsur pimpinan, harus senantiasa mengarahkan. Jadi,
masing-masing penanggung jawab memiliki porsi. Nah, unsur pelaksana pun juga
harus pengertian bahwa menjadi unsur pimpinan tidak semudah yang dibayangkan. Ia
harus menjadi konseptor, dan ini tentu lebih sulit dibandingkan dengan melaksanankan
tugas yang diberikan oleh pimpinan. Kalau unsur pimpinan tentu mengerti
bagaimana rasanya menjadi unsur pelaksana, karena menjadi pemimpin pasti pernah
merasakan dipimpin.
Menjadi unsur pimpinan, tanggunjawabnya paling
besar. Teringat dengan perkataan temanku “Koordinator memang tidak bekerja,
tapi saat staf-nya belum menyelesaikan pekerjaannya tetap saja koordinator yang
menyelesaikannya”. Dari pernyataan tersebut kita memandang bahwa pimpinan itu
paling besar tanggungjawabnya, bukan sebagai pekerja.
Beruntunglah bagi kalian semua yang pernah
menjalani sebagai unsur pimpinan ataupun yang sedang dalam proses belajar. Semua
ini akan memberikanmu banyak hal dan tentunya tidak akan sia-sia. Mungkin dalam
pelaksanaannya di suatu titik pasti akan merasa ingin berteriak, karena tak
kuat dalam pikirannya. Namun itu hanya sementara. Itulah proses untuk menaikkan
mental dan kualitas diri.
@NurulMustafaa