Me and Friends

Me and Friends
FOSMAN (Forum Scientist Muda Nasional)

CERPEN


LEMPARAN BATU
DIBALAS DENGAN
TEH HANGAT

Hari ini merupakan hari terakhir keluarga pak Joni untuk tinggal di rumahnya yang sederhana itu bersama istri dan enam orang anaknya. Mereka akan meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan indah bersama keluarga dan juga keramaian kota Kadipaten. Desa Filogeni merupakan desa yang dituju keluarga pak Joni. Mereka akan menjadi warga baru di dalam desa yang belum banyak penghuninya tersebut.
Hari minggu telah tiba, kini saatnya mereka meninggalkan tempat yang penuh dengan keramaian dan menuju tempat yang penuh dengan kedamaian. Di utara kebun, timur laut makam, dan berada di antara dua tetangga, itulah rumah yang akan mereka tempati. Begitu sederhana, hanya terdapat tiga ruang yaitu ruang tamu dan dua kamar.
Sesampainya di rumah baru itu, mereka bekerja bakti menata ruang-ruang rumah tersebut. Setelah tiga jam mereka beristirahat, dan menikmati hasil kerja mereka. Pada sore harinya, mereka mengunjungi dua rumah yang ada di samping kanan dan kirinya dengan tujuan untuk berkenalan. Tetangga pertama yang mereka kunjungi adalah sebelah timur atau kiri. Saat berkunjung, keluarga dari pihak tetangga tidak begitu suka dengan keluarga pak Joni. Tetapi ia tidak menghiraukan hal itu, tanpa panjang lebar pak Joni langsung menuju ke tetangga sebelah baratnya. Berbeda sekali sikap tetangganya itu dengan yang sebelumnya. Keluarga mereka menyambut kedatangan keluarga pak Joni dengan senang hati. Mereka bercerita panjang lebar, tentang masing-masing keluarga, tentang pekerjaan, dan pak siswo bercerita tentang keadaan desa Filogeni ini. Pak Siswo juga memberi peringatan bahwa keluarga pak Din kurang baik. Pak Joni hanya tersenyum, karena ia tidak mau membicarakan kejelekan orang.
Hari senin telah tiba, pak Joni mulai berangkat untuk mengajar sejarah di salah satu SMK favorit di kabupaten Ansestor. Anak-anaknya pun juga berangkat ke sekolah masing-masing. Bu Joni bertugas untuk mengantar anaknya yang paling kecil yaitu Amma. Ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Setelah mengantar Amma, bu Joni melanjutkan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Ia berbelanja untuk kebutuhan hari ini.
Jam 12 siang, anak kelas tiga SD sudah pulang, begitu juga dengan Amma.
“Assalamu’alaikum..”salam Amma
“Wa’alaikumsalam..eeh..anak ibu sudah pulang, bagaimana sekolahnya nak?”tanya ibu Joni
“Lumayan, tapi tadi ada teman yang nakal..”kata Amma
“Walaupun teman kamu nakal, kamu tidak boleh membalas dengan kenakalan juga lho..”nasihat ibu
“iya ibu, aku tahu kog. Oya, setiap hari Selasa ada kegiatan ekstra Bahasa Inggris, jadi aku pulang jam tiga sore.”kata Amma
“Iya tidak apa-apa. Berarti, setiap hari Selasa, kamu harus bawa bekal makan siang”kata ibu joni
“Siap bu, trimakasih ibu..”kata Amma sambil tersenyum
“Iya, sekarang Amma makan siang dulu, itu sudah ibu siapkan di meja.”perintah bu Joni
            Setelah makan siang, Amma diperintahkan bu Joni untuk tidur siang. Saat jam dua siang, satu per satu anak bu Joni pulang dari sekolah. Berbagai keluhan, mereka utarakan terhadap ibunya. Mulai dari uang SPP yang telat beberapa bulan, sampai buku-buku yang harus mereka bayar.
“Assalamu’alaikum ibu..”salam Darma dan Anis
“Wa’alaikum salam..”jawab ibu
“Ibu, uang SPP sudah telat tiga bulan. Kata ibu guru harus segera dilunasi.”keluhan Darma
“Aku juga ibu, uang SPP sudah telat dua bulan.”keluhan Anis
“Iya nak, nanti ibu bilang ke bapak.”jawab ibu
“Besok SPP-nya di bayar ya bu, aku malu dengan teman-teman.”kata Darma
“InsyaAllah Darma.”jawab ibu
            Satu jam kemudian, Deva datang dengan keluhan yang sama yaitu tentang pembayaran uang SPP yang sudah telat tiga bulan. Disusul oleh Vita, dengan keluhan pembayaran buku pelajaran.
“Ibu, aku tadi beli buku pelajaran. Pembayaran paling lambat hari ini dan aku tidak punya uang sama sekali. Lalu aku pinjam uang ke temanku dan aku janji akan ku kembalikan besok. Pokoknya besok ya bu…”Vita memohon
“Berapa nak?”Tanya ibu
“Rp 30.000,00 bu..”jawab Vita
“Banyak sekali nak? InsyaAllah, nanti ibu bilang ke bapak
“Terimakasih ibu..”ucap Vita sambil mencium pipi ibunya
            Jam lima sore, giliran anak pertama pak Joni yang pulang. Ia meminta uang kepada ibunya untuk mencetak tugas kuliahnya. Dengan sabar bu Joni menjawab “InsyaAllah Dita, nanti ibu bilang ke Bapak.”
            Bu Joni selalu menampakkan wajah tersenyum di depan anak-anaknya. Padahal, di dalam hatinya tersimpan rasa gelisah. Ia tidak mau membuat anak-anaknya ikut gelisah.
Adzan magrib berkumandang, keluarga pak Joni salat berjama’ah tanpa pak Joni. Setelah mereka salat, pak Joni datang membawa nasi dengan ayam goreng. Mereka merasa senang bisa makan malam dengan menu yang tidak biasa.
“Bu, ini bapak dapat dari sekolah. Soalnya tadi ada rapat. Ayamnya dibagi tujuh ya bu..”kata pak Joni
“Kok tujuh pak?”Tanya Amma
“Iya, bapak tidak usah, buat kalian saja. Bapak dulu sudah sering.”kata pak Joni
“Kalau begitu ibu juga tidak. Ayamnya dibagi enam saja.”kata bu Joni
            Saat anak-anak mereka makan malam bersama, bu Joni mengajak pak Joni ke kamar untuk membicarakan semua tentang keluhan anaknya. Setelah beberapa lama kemudian, mereka memutuskan untuk membayar SPP Darma terlebih dahulu, karena dia kelas tiga SMP yang akan menempuh ujian. Memberi uang Dita untuk mencetak tugas kuliah. Untuk membayar buku pelajaran Vita, bu Joni meminjam uang ke pak Siswo. Setelah itu, pak Joni menyampaikan kepada anak-anaknya.
“Anak-anak, bapak minta maaf, karena hanya sebagian keperluan kalian yang bapak bisa penuhi. InsyaAllah, jika bapak punya rejeki lebih bapak akan membereskan administrasi kalian.”kata pak Joni
“Iya pak..”jawab anak-anak pak Joni serentak
“Baik, setelah makan kalian belajar terus tidur.”kata pak Joni
            Pagi harinya mereka melakukan kegiatan seperti biasa. Ibu Joni menyiapkan bekal untuk Amma, karena hari ini ia akan pulang sore. Seperti biasa, bu Joni mengantar Amma ke sekolah. Sesampainya di sekolah,
“Amma, jangan lupa ya..bekalnya dimakan..”kata bu Joni
“Iya bu,,”jawab Amma
            Pada saat mengikuti ekstra bahasa Inggris, Amma termasuk siswa yang aktif. Ia rajin bertanya dan setiap ada kesempatan untuk maju ke depan, ia selalu maju.
            Di sore hari, kegiatan ekstra telah selesai. Amma pun pulang. Saat ia melewati rumah pak Din, tiba-tiba kepala Amma terkena lemparan batu. Ia berhenti dan mencari siapa yang melempari kepalanya dengan batu. Setelah ketemu, ternyata pelakunya adalah anaknya pak Din. Dengan wajah tanpa dosa, anak pak Din bersama kedua kakaknya pun tertawa. Amma merasa takut, dan melaporkan kepada ibunya.
“Ibu, kepalaku di lempar dengan batu.”kata Amma
“Astagfirullah…siapa yang melempar nak?”Tanya bu Joni dengan kaget
“Anaknya pak Din..”jawab Amma
“Yasudah, nanti ibu datang kesana.”kata bu Joni
            Saat pak Joni datang, bu Joni menceritakan kejadian ini kepadanya. Tanpa buang-buang waktu pak Joni langsung melaporkan hal ini kepada pak Din. Tanpa disangka, pak Din malah memarahi Pak Joni dan membela anak-anaknya yang jelas-jelas bersalah. Karena pak Joni tidak mau berdebat, ia langsung pulang ke rumah.
            Pada malam hari, sekitar jam sembilan terdengar suara “kletak-kletak” dari atas genteng. Setelah dicari tahu penyebabnya, ternyata anak-anak pak Din melempari genteng rumah pak Joni dengan batu krikil yang lumayan besar. Pak Joni hanya diam dan berpikir bahwa jika mereka lelah, maka akan berhenti dengan sendirinya.
            Pagi harinya, saat pak Joni mau berangkat mengajar, gang yang biasa dilewati pak Joni ditutup dengan batu-batu yang besar, sehingga motor pak Joni tidak bisa lewat. Dengan sabar pak Joni menyingkirkar batu-batu besar tersebut dan kembali melanjutkan perjalanan ke tempat ia mengajar. Hal ini terus berlanjut selama tiga hari berturut-turut.
            Pada hari Minggu tepatnya jam tiga dini hari, pak Joni mendengar suara tangis yang datang dari rumah pak Din. Ia pun segera mendatangi rumah pak Din.
“(thok…thok…thok…)”pak Joni mengetuk pintu
“eh, pak Joni..”kata bu Din sambil membuka pintu
“Anaknya kenapa bu? Kok dari tadi menangis?”Tanya pak Joni
“Sakit panas pak.”jawab bu Din
“Sudah makan belum?”Tanya pak Joni
“Belum pak, tidak punya makanan.”jawab bu Din
“Diberi minum teh hangat..”kata pak Joni
“Tidak punya pak.”jawab bu Din
“Sebentar ya bu..”kata pak Joni
            Pak Joni langsung membangunkan istrinya.
“Bu, bangun bu.”pak Joni membangunkan istrinya
“Ada apa pak?”tanya bu Joni
“Anak sebelah sedang sakit, dia belum makan. Masih ada makanan tidak?”Tanya pak Joni
“Sebentar ya pak, saya carikan.”kata Bu Joni
            Sambil menunggu Bu Joni mencari makanan, pak Joni membuat teh hangat.
“Pak, ini ada telur rebus tiga dan nasi satu piring.”kata Bu Joni
“Baik bu, ini akan bapak berikan ke tetangga sebelah.”kata Pak Joni
            Pak Joni langsung menuju ke rumah tetangganya tersebut dan memberikan makanan untuk mereka.
“Bu din, ini ada sedikit makanan dan segelas teh hangat dari saya.”kata pak Joni
“Terimakasih banyak pak Joni.”ucap Bu Din
“Sama-sama bu. Yasudah, saya tinggal dulu ya bu, semoga anak ibu cepat sembuh.”kata pak Joni
“Aamiin..terimakasih pak Joni.”ucap Bu Din
            Di pagi hari, tepatnya jam enam, anak pak Din yang paling kecil sudah bermain sepakbola bersama kakak-kakaknya. Pak Joni senang melihat anak pak Din kembali sehat. Dengan wajah tersenyum pak Joni menghampiri mereka.
“Sudah sembuh nak?”Tanya pak Joni
“Sudah pak.”jawab anak pak Din
            Pak Din dan Bu Din merasa malu terhadap Pak Joni, karena sikap mereka selama ini. Sampai siang hari mereka belum berani menampakkan diri di depan pak Joni. Sampai di sore hari, mereka datang ke rumah pak Joni khusus untuk meminta maaf.
“Pak Joni, bu Joni, dan keluarga, kami disini mau meminta maaf atas kelakuan kami selama ini.”kata pak Din
“Pak Din dan Bu Din, kami sudah memaafkan kesalahan Pak Din sama Bu Din. Kami juga sudah melupakan semua kejadian yang telah lalu.”jawan Pak Joni
“Terimakasih pak Joni, kami tidak tahu harus berkata apa. Kami malu atas semua perbuatan kami.”kata Bu Din
“Sudahlah bu, lupakan saja. Kita ini kan tetangga, tidak baik kalau saling bermusuhan.”kata Bu Joni
            Semenjak itu, hubungan mereka menjadi harmonis. Mereka saling membantu dalam segala hal. Anak-anak mereka pun hidup rukun. Kebaikan akan selalu menang dan jangan sekali-kali kejahatan dibalas dengan kejahatan karena hal itu tidak pernah ada akhirnya. Kejahatan harus dibalas dengan kebaikan, karena dengan kebaikan dan ketulusan semuanya akan menjadi indah pada waktunya.

1 komentar: